Apakah Plasenta Itu?

Plasenta adalah organ berbentuk cakram yang melekat pada lapisan rahim ibu selama kehamilan. Plasenta memiliki berat sekitar 600 gram ketika sepenuhnya terbentuk dengan ketebalan sekitar 2 sampai 4 cm.
Fungsi plasenta 
Memasok nutrisi dan oksigen: plasenta memasok darah yang kaya nutrisi dan oksigen ke bayi yang belum lahir melalui tali pusar. 
Membuang produk limbah: produk limbah dari bayi, seperti karbon dioksida, dikirim kembali melewati tali pusar ke plasenta dan kemudian ke aliran darah ibu untuk dibuang melalui air seni dan feses. 
Menghasilkan hormon yang membantu bayi Anda untuk tumbuh dan berkembang. 
Memberi perlindungan infeksi pada janin. Plasenta melindungi bayi terhadap sebagian besar bakteri, tetapi tidak terhadap virus. Misalnya, virus rubella (campak Jerman ) dapat melewati plasenta dan menyebabkan keguguran, kelahiran mati atau cacat lahir seperti tuli, kerusakan otak, kelainan jantung dan katarak. Obat, alkohol, nikotin dan lainnya juga dapat melewati plasenta dan menyebabkan kerusakan pada bayi yang belum lahir. 
Memberi perlindungan infeksi pada bayi setelah lahir. Menjelang akhir kehamilan, plasenta menyalurkan antibodi yang dimiliki ibu ke bayi yang akan memberikan kekebalan selama sekitar tiga bulan setelah kelahiran. 
Kapan plasenta keluar?
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim akan mendorong plasenta keluar melalui vagina. Pada tahap ini, plasenta juga disebut sebagai ari-ari atau tembuni. Bila plasenta tidak segera keluar, dokter atau bidan dapat memberikan obat suntik yang merangsang kontraksi dan membantu mendorong plasenta keluar. Menyusui bayi sesegera mungkin setelah melahirkan juga membantu rahim untuk berkontraksi dan mendorong plasenta keluar.
Setelah keluar, dokter atau bidan akan memeriksa plasenta untuk memastikan telah lengkap dan tidak ada yang tertinggal.
Komplikasi kehamilan oleh plasenta
Sejumlah masalah dapat timbul dalam kehamilan/melahirkan oleh plasenta yang tidak normal, di antaranya: 
Insufisiensi plasenta: kegagalan plasenta untuk memberikan nutrisi yang cukup pada janin. Hal ini disebabkan oleh kegagalan plasenta untuk tumbuh atau berfungsi dengan baik , dan dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin dan berat lahir rendah. 
Infark plasenta: kematian jaringan di plasenta yang disebabkan oleh masalah pada pembuluh darah di plasenta, antara lain oleh hipertensi kehamilan. Infark plasenta yang berat dapat mengganggu pertumbuhan janin dan bahkan menyebabkan kematian sebelum lahir. 
Plasenta previa: plasenta yang berada di bagian bawah rahim sehingga menghalangi jalan lahir. Jika jalan lahir benar-benar terhalangi maka kelahiran harus melalui operasi caesar. 
Abrupsi plasenta (abruptio placentae): sebagian dari plasenta terpisah dari dinding rahim selama kehamilan. Hal ini menyebabkan perdarahan. Abrupsi plasenta yang berat merupakan penyebab utama kematian bayi yang belum lahir dan bayi baru lahir. Hal ini karena kerusakan pembuluh darah plasenta mengurangi suplai oksigen ke janin.
Plasenta akreta: plasenta tumbuh terlalu dalam ke dinding bagian dalam rahim. Hal ini menyebabkan plasenta sulit lepas dari rahim setelah bayi lahir. Plasenta akreta paling sering terjadi pada wanita yang memiliki bekas luka rahim dari persalinan sebelumnya atau operasi. Biasanya plasenta harus diangkat melalui pembedahan untuk menghentikan perdarahan. 


Kondisi-kondisi seperti di atas pada umumnya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG. Keterbatasan pertumbuhan janin juga dapat diketahui dari kenaikan berat badan ibu yang lambat, tinggi fundus yang tidak sesuai usia kehamilan, dan mungkin juga gerakan bayi yang jarang.


Sumber : http://majalahkesehatan.com
/