Sebuah laporan menyebutkan, untuk pertama kalinya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa infeksi bakteri tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik. Artinya, bahwa dalam beberapa kasus, pasien yang terkena menderita E. Coli pneumonnia atau infeksi staphylococcous secara efektif tidak bisa sembuh atau dikontrol penyakitnya.
Di beberapa negara, lebih dari setengah orang yang terinfeksi bakteri K.pneumonia tidak bisa merespon carbapenems secara baik. Persentase yang sama antara pasien dengan infeksi bakteri E. coli tidak dapat disembuhkan hanya dengan memberi antibitiok yang mengandung fluroquinolone.
Perkembangan obat-obatan yang memiliki daya tahan terhadap bakteri berarti infeksi yang semakin sulit atau mustahil untuk ditangani. yang mana dapat menyebabkan cepatnya penyebaran penyakit dan tingkat kematian yang lebih tinggi, terutama di kalangan pasien rumah sakit.
"Bagaimana antibiotik ini mempengaruhi pemilihan bakteri baik dan buruk yang hidup di dalam tubuh kita atau microbiome. Manfaat terbesar dari antibiotik adalah daya tahannya, tapi fakta lain dari hal ini adalah antibiotik perubahan pertumbuhan manusia" ujar para ahli seperti Martin Blaser, M.D direktur program microbiome manusia di Universitas Langone Medical Center di New York, sekaligus penulis dari buku Missing Microbes.
Karena itu pula, Blaser merujuk kepada perkembangan penelitian yang menunjukkan bahwa triliunan bakteri yang hidup di dalam tubuh memiliki peranan penting dalam kesehatan manusia. Bakteri dan mikroba tidak selalu menjadi musuh bagi tubuh yang sehat, terkadang menjadi sekutu juga, dalam membantu proses pencernaan, melawan penyebab penyakit.
Studi awal menunjukkan, bahwa komunitas yang berbeda bakteri dalam usus, misalnya, dapat mempengaruhi risiko obesitas dan mengembangkan gejala kanker tertentu. Konsumsi antibiotic secara berlebihan secara perlahan-lahan akan melenyapkan bakteri baik dan buruk, yang memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan masyarakat.
“Jika saya memberikan resep obat untuk sakit jantung, maka pengaruh obat tersebut hanya untuk area jantung. Namun, berbeda jika saya meresepkan antibiotik, karena antibiotic akan mempengaruhi seluruh lapisal sel dan jaringan organ tubuh manusia, dan efeknya bersifat kumulatif” ungkap Blaser.
Langkah pertama yang bsia dilakukan adalah mengurangi pemberian resep yang mengandung antibiotic jika hanya terkena infeksi kecil. Dan ini, berlaku bagi orang-orang yang mengonsumsi makanan seperti ternak unggas, karena hewan tersebut dapat meneruskan bakteri. Gunakan sabun antibakteri yang mampu mendorong bakteri menjadi resisten.
“Yang dibutuhkan sekarang, adalah perencanaan yang solid secara global dengan menyediakan antibiotic yang rasional sehingga terjamin kualitas antibiotic sesuai yang dibutuhkan masing-masing orang, dan tentu tidak digunakan secara berlebihan dan harganya terjangkau. Sekarang ini, resistensi antibiotik menjadi masalah yang mengancam kesehatan bagi semua orang. Seharusnya obat yang dikonsumsi harus melindungi microbiomes pada tubuh manusia, yang bermanfaat memperlambat munculnya penyakit kronis seperti obesitas, kanker dan alergi.” jelas Jennifer Cohn, MD. Direktur Medis dari Doctors without Borders.
Ridho Nugroho/Womenshealthmag
sumber : Tabloid Nova