Ada beberapa zat kimia yang ditambahkan
kedalam vaksin (vaksin sendiri adalah bakteri/virus dari penyakit yang
ingin di imunisasikan) antara lain:
- Aluminium (dalam vaksin DPT, DaPT dan Hepatitis B)
- Benzetonium klorida - bahan pengawet (dalam vaksin anthrax)
- Etilen glikol (dalam vaksin DaPT, polio, Hib, hepatitis B)
- Formaldehida - cairan untuk menonaktifkan kuman, bahan penyebab kanker
- Gelatin - pemicu alergi (dalam vaksin cacar air dan MMR)
- Glutamat (dalam vaksin varicella)
- Neomisin - antibiotik yang dapat menyebabkan reaksi alergi(dalam vaksin MMR dan polio)
- Fenol (dalam vaksin tifoid) - Streptomisin - antibiotik penyebab alergi (dalam vaksin polio)
- Timerosal - bahan pengawet yang mengandung mercury
Selain itu bakteri mati yang ada dalam
vaksin itu sendiri bisa melepaskan racun ke dalam aliran darah. Jika
racun ini mencapai otak, bisa terjadi masalah persarafan, termasuk
autisme, kesulitan memusatkan perhatian dan masalah perilaku. Sedangkan
untuk virus hidup seperti dalam vaksin polio, MMR dan cacar air,
ternyata bisa menyebabkan penyakit yang seharusnya dicegahnya.
Untuk orang-orang yang memiliki riwayat
auto-imun seperti rematoid arthritis, diabetes, asma dan multiple
sclerosis, vaksin yang disuntikan akan menyebabkan sistem imun tubuh
mereka menyerang lebih banyak dari yang seharusnya. Terutama untuk
vaksin campak, tetanus dan flu. Efek sampingan suatu vaksin dapat
terjadi segera setelah anak menerima suntikan, tapi juga baru terlihat
setelah beberapa jam, beberapa hari atau bahkan beberapa bulan.
Berikut ini bahaya mercury yang terdapat dalam vaksin yang diberikan kepada anak-anak:
- Kadar mercury yang tinggi dapat menyebabkan matinya sel-sel otak, sedangkan kadar yang rendah mengakibatkan efek yang lambat yang mempengaruhi sistem imun di tingkat sel, seperti ketidakmampuan untuk mengusir flu, bronchitis, infersi jamur atau bahkan kanker.
- Bila vaksin diberikan kepada bayi yang belum bisa membuang mercury dengan benar, mercury akan memasuki otak dan melekat pada serebelum (otak kecil) yang mempengaruhi ketrampilan motorik termasuk penglihatan dan keseimbangan, pada hipokampus yang menyerang saraf, dan pada amygdala yang mempengaruhi fungsi emosional dan mental, termasuk sikap pemalu dan halusinasi ( gejala ini mirip dengan autisme).
- Pada bayi yang sedang mengalami perkembangan otak yang cepat, mercury bisa merusak sel otak secara menetap. Untuk mendeteksi kadar mercury dan logam beracun lainnya, dapat dilakukan dengan memeriksa contoh darah dan rambut. Untuk menghilangkannya, dilakukan terapi dengan pemberian DMSA (asam 2,3 dimerkaptosuksinik), dimana mercury dikeluarkan bersama urine. Pada saat detoksifikasi ini, anak dipantau fungsi ginjal dan hatinya, dan ditambahkan gizi (vit. B,A, mineral dan asam amino) ke dalam diet anak.
Gangguan autisme melibatkan otak, sistem
imun dan saluran pencernaan. Berarti selain gangguan psikiatrik,
hiperaktif, disleksia, masalah bicara dan bahasa, ketidak normalan
sensorik, kesulitan kognisi dan perilaku yang tidak biasa, penderita
autis juga memiliki masalah sistem imun yang berakibat alergi, asma dan
infeksi, dan dalam saluran usus mereka ditemukan kelebihan virus, jamur
dan organisme penyebab penyakit lainnya - yang menyebabkan masalah diare
dan masalah penyerapan bahan gizi.
Vaksin Hepatitis B biasanya diberika
segera setelah bayi lahir, padahal vaksin ini mengandung 12.5 mikogram
mercury yang lebih dari 25 kali batas aman yaitu 0.1 mikogram per kg
berat tubuh per hari, Lagipula vaksin ini dilanjutkan dengan dua dosis
tambahan . Selain hepatitis B, bayi juga mendapat 4 dosis vaksin HIB dan
4 dosis vaksin DPT yang semuanya mengandung mercury, padahal fungsi
empedu yang mengeluarkan racun dari tubuh belum berkembang pada bayi
dibawah usia 4 sampai 6 bulan.
Vaksin MMR selain mengandung mercury
juga mengandung virus hidup yang mungkin sekali terbawa ke saluran
pencernaan dan menggandakan diri dan menyebabkan infeksi campak yang
menetap. Infeksi ini menyebabkan radang dinding saluran usus dan membuat
lubang-lubang kecil disitu yang menyebabkan bahan yang berbahaya dalam
usus masuk kedalam aliran darah. Bahan yang berbahaya tsb adalah
kasomorfin dan gluteomorfin, yang bila terbawa aliran darah ke otak,
menyebabkan perilaku yang tidak normal. Dalam vaksin DPT, sel bakteri
pertusis mempengaruhi anak-anak yang satu atau kedua orang tuanya
memiliki cacat protein G-alfa yang diwariskan secara genetika (rabun
senja, penyimpangan kelenjar paratinoid, tiroid dan pituiter),
menyebabkan autisme dan penurunan penglihatan, persepsi sensorik,
pemrosesan bahasa dan pemusatan perhatian.
Anak -anak ini dapat diberikan terapi
vitamin A dan Urokholin. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk
membuktikan bahwa vaksin gondong dalam MMR, vaksin Hib, vaksin Hepatitis
B dan vaksin pertusis menyebabkan diabetes tipe 1 (IDDM) yang
tergantung pada insulin. Penelitian lain juga sedang berlangsung untuk
mengungkap peran vaksin terhadap asma dan alergi, rematoid arthritis,
kelumpuhan syaraf (polio), sindroma kematian bayi mendadak (SIDS).
Dengan efek samping yang terjadi, muncul
pro - kontra penggunaan vaksin, bagaimanapun kita memerlukan vaksin
untuk melindungi diri dari beberapa penyakit. Beberapa solusinya antara
lain: - Berikan ASI kepada bayi paing sedikit 6 bulan, supaya bayi
menerima imunitas pasif dari ibunya. - Gunakan vaksin yang bebas
timerosal (mercury), tunda vaksin hepatitis B hingga usia anak sekolah,
kecuali bila anak berada dalam resiko tinggi.
Berikan suntikan kedua sebulan sesudah
yang pertama dan suntikan ketiga paling sedikit 4 bulan setelah suntukan
pertama. - Selama hamil, hindari vaksin yang mengandung mercury dan
perawatan gigi yang menggunakan mercury /amalgam.
Hindari pula makanan laut selama hamil
dan menyusui, minumlah air yang bebas mercury. - Ibu yang negatif HbsAg
nya, bisa menunda vaksin hepatitis B untuk bayinya dari saat lahir
sampai usia 6 bulan.
Bayi premature dengan ibu yang HbsAg nya
negatif, bisa menunda vaksin hepatitis B sampai bayi paling sedikit
mencapai 2.5 kg dan mencapai usia kandungan lengkapnya. - Bayi dengan
ibu yang HbsAg nya positif, harus menerima vaksin hepatitis B pada saat
lahir. - Hib dapat dimulai pada usia 4 bulan, besama dengan vaksin polio
yang disuntikan (IPV), seri kedua pada usia 6 bulan, seri ketiga Hib
pada usia 8 bulan, seri keempat Hib dan IPV pada usia 17 bulan dan
suntikan ulangan IPV pada usia 4 atau 5 tahun.
DaPT diberikan pada usia 5 bulan,
kemudian usia 7, 9 bulan dan 18 bulan, ulangannya dapat diberikan pada
usia 4 atau 5 tahun. DaPT adalah vaksin DPT versi baru dimana sebagian
besar racun dalam bakteri Bordetella pertusis dihilangkan.-
Vaksin cacar air tidak dianjurkan pada
anak umur 1 tahun. Sebaiknya diberikan menjelang usia sekolah, sekitar
umur 4-5 tahun, setelah sebelumnya dites apakah anak sudah imun terhadap
virus cacar air.
Vaksin MMR sebaiknya diberikan secara
terpisah dan bertahap: campak usia 15 bulan, rubella 12 bulan kemudian
dan gondong 12 bulan setelah rubella. Suntikan ulangan dapat diberikan
kira-kira 6 bulan sebelum sekolah, setelah sebelumnya memeriksa titer
imunitas terhadap MMR.
Yang paling penting untuk diperhatikan
adalah; Jangan biarkan anak menerima vaksin dalam keadaan sakit, yang
ringan sekalipun. Jangan pula biarkan anak menerima vaksin untuk 6 atau
lebih organisme dalam satu hari…